Siapa yang tidak mengenal trio
mallarangeng. Ya, mereka adalah tiga saudara yang berasal dari Makassar yang
sukses dengan kariernya di Jakarta, yakni Andi Alfian Mallarangeng, Rizal Mallarangeng, dan Zhoel Mallarangeng. Trio
Mallarangeng ini dikenal sebagai trio yang berprestasi dan sukses di Indonesia.
Trio Mallarangeng juga pernah di juluki The
Three Musketeers di Makassar, Sulawesi Selatan. The Three Musketeers
adalah judul novel tenar tentang
petualangan tiga orang pemuda di tengah-tengah pergolakan politik Prancis pada
abad pertengahan. Tiga pemuda itu bernama Athos, Porthos, dan Aramis. Trio
Mallarangeng di juluki The Three Musketeers karena mereka di anggap sebagai
pemuda asal Sulawesi Selatan pada era Reformasi yang dinilai sukses berkiprah
hingga ke tingkat nasional.
1. Jejak
Langkah Mallarangeng Pertama (Andi Alfian Mallarangeng)
Andi Alfian Mallarangeng adalah
tertua diantara tiga bersaudara yang lebih dulu populer dibandingkan mallarangeng
lainnya. Andi Alfian Mallarangeng meraih
gelar Doctor of Philisophy di bidang ilmu politik dari Northern
Illinois University (NIU) Dekalb, Illinois, Amerika
Serikat pada tahun 1997. Di universitas yang sama, ia meraih gelar Master of Science di bidang sosiologi. Sedangkan gelar Drs Sosiologi diraihnya dari Fisipol Universitas Gajah Mada, Yogyakarta pada tahun 1986.
Sejak
menjadi mahasiswa Fisipol UGM mengikuti jejak ayahnya, ia bercita-cita menjadi
dosen. Cita-cita ini akhirnya tercapai dengan menjadi dosen di Universitas Hasanuddin (1988-1999) dan di Institut
Ilmu Pemerintahan (1999-2002). Pada saat menjadi dosen di Universitas
Hasanuddin ( Makassar ) ia diminta menjadi anggota Tim Tujuh yang dipimpin oleh
Prof. DR. Ryaas
Rasyid untuk merumuskan paket Undang-undang Politik yang baru
sebagai landasan bagi pemilu demokratis pertama di era reformasi. Tim Tujuh ini
kemudian juga merumuskan Undang-undang Pemerintahan Daerah yang baru, sebagai
landasan reformasi sistem pemerintahan dengan desentralisasi dan otonomi
daerah.
Wajah
gantengnya dengan senyum manis di sertai kumis tebalnya membuat andi lebih
cepat populer di bandingkan pengamat politik yang lain. Keterlibatannya dalam gerakan reformasi berlanjut bahkan kemudian
Andi ditunjuk untuk menjadi anggota KPU pemilu pertama pasca reformasi mewakili
pemerintah. Dengan dibentuknya Kementerian Otonomi
Daerah dalam pemerintah era reformasi, Andi mengundurkan diri dari KPU dan
bergabung sebagai staf ahli Menteri
Negara Otonomi Daerah (1999-2000). Kementerian itu kemudian dibubarkan walau baru berusia 10
bulan. Andi juga sempat mendirikan Partai Persatuan
Demokrasi Kebangsaan bersama Prof. DR. Ryaas Rasyid pada tahun 2002, namun keluar dua tahun kemudian dan terang-terangan menunjukkan
keberpihakannya pada SBY yang saat itu menjadi pesaing terkuat Megawati.
Ternyata keberpihakan Andi tidak sia-sia, karena ketika SBY memenangkan pemilu
Andi pun di ajak ke Cikeas untuk ditunjuk
sebagai Juru Bicara Kepresidenan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Andi
Alfian Mallarangeng berhasil mendapatkan sejumlah penghargaan, yakni mendapat julukan sebagai ' The
Future Leader of Asia ' oleh
Majalah Asia Week (1999), Bintang Jasa Utama RI (1999), Percy Buchman Prize (1995), dan Majalah MATRA yang
juga menobatkannya sebagai Man
of the Year (2002).
Selain mendapatkan sejumlah penghargaan Andi Alfian Mallarangeng juga sering
mengundang kontroversi, salah satunya adalah pada masa kampanye 2009 dimana Andi Alfian
Mallarangeng berkomentar yang intinya ditujukan pada Calon Presiden asal
Sulawesi Selatan Jusuf
Kalla, Andi mengatakan
orang Sulawesi Selatan masih belum siap jadi Presiden yang kemudian dinilai
telah mengurangi jumlah suara yang diraih oleh Susilo Bambang Yudhoyono di Propinsi Sulawesi Selatan secara signifikan.
Akhir-akhir
ini kita sering mendengar nama Andi Alfian Mallarangeng sering disebut baik di
media elektronik maupun media massa yang tidak lain adalah memberitakan Andi
yang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus proyek pusat olahraga Hambalang
Bogor, Jawa Barat oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Penetapan Andi sebagai tersangka lantas membuat Andi
mengambil langkah untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menteri
Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. Langkah pengunduran diri Andi justru
mengundang simpati banyak orang karena jarang sekali pejabat sekaliber menteri
yang mau mundur dari jabatannya. Bahkan Abraham Samad (Ketua KPK) pun
memberikan komentarnya mengenai pengunduran diri Andi, “Itu menandakan dia
seorang kesatria, itulah kesatria bugis Makassar”.
2. Jejak
Langkah Mallarangeng Kedua (Rizal Mallarangeng)
Rizal
Mallarangeng adalah anak kedua dari tiga saudara mallarangeng lainnya yang
akrab di panggil Chelli. Chelli pernah menempuh pendidikan ilmu
komunikasi di Universitas Gadjah Mada. Setelah lulus, ia melanjutkan pendidikan S2
dan S3-nya dalam bidang ilmu politik di Ohio State
University, Amerika
Serikat tahun 1999. Selama di
Amerika, Rizal pernah menjadi asisten dosen dan kemudian menjadi dosen
(2000-2001) di almamaternya. Setelah pulang dari Amerika nama Chelli pun
mencuat setelah Megawati naik ke puncak kekuasaan. Diketahui Taufik Kiemas lah
yang mengundangnya masuk kedalam lingkaran istana, diajak serta dalam kunjungan
Megawati keluar negeri dan membuatkan konsep pidatonya. Kemudian pada 2004
ketika Megawati maju ke ajang Pilpres berpasangan dengn Hasym Muzadi, Chelli
pula lah yang menjdai konsultan pemenangannya, mesti akhirnya menderita
kekalahan.
Selidik
punya selidik ternyata Rizal Mallarangeng diketahui tidak hanya dekat dengan
Megawati dan Taufik Kiemas, Chelli juga dekat dengan seorang pengusaha kaya
yakni Abu Rizal Bakrie. Pada pengusaha kaya itu Chelli mengajukan proposal
untuk mendirikan Freedom Institute dengan menjual nama Achmad Bakrie (Ayah
Ical) untuk menjadi nama bagi penghargaan Achmad Bakrie Award. Akhirnya chelli pun
berhasil meyakinkan Abu Rizal Bakrie untuk mendanai Freedom Institute yang
dimana dirinya sendiri duduk sebagai Direktur Eksekutif. Sesuai dengan namanya,
lembaga ini menjual ide-ide liberal untuk dipasarkan dikalangan muda yang
terpukau dengan idenya.
Tidak sampai
disitu saja, kegemilangan karier Chelli pun semakin meningkat ketika ia
membawakan acara “Save Our Nation”, acara ini adalah acara bincang-bincang
untuk mencari solusi atas permasalahan yang ada di negeri ini. Seiring dengan
berjalannya waktu berkat kemahirannya dalam membawakan acara “Save Our Nation”,
Chelli pun mencitrakan dirinya melalui iklan-iklan televisi dengan mengiklankan
dirinya sebagai figur Capres Alternatif. Pada Juli tahun 2008 Rizal
Mallarangeng mencalonkan diri untuk ikut dalam pemilihan presiden
Republik Indonesia 2009. Rizal
Mallarangeng menyatakan akan maju dalam ajang Pilpres 2009 sebagai calon dari jalur
independen, namun tidak menutup kemungkinan akan melalui partai. Rizal juga
menyatakan bahwa metode kampanyenya akan meniru cara berkampanye Barack
Obama. Meski sudah melakukan serangan
melalui iklan diberbagai stasiun
televisi, akhirnya Chelli pun mengatakan menyerah dan tak lagi berniat maju
dalam kontestasi politik. Alsannya yakni popularitas dan elektabilitas tidak
bisa diperoleh secara mendadak. Kemundurannya pun juga dipicu karena tidak
adanya partai politik yang mau menggandengnya untuk menuju bursa pilpres yang
sebelumnya ia berharap PDIP akan menggandengnya. Bagaimana tidak,
sedangkan pada 2004 setelah mengusung
Megawati-Hasyim dan kalah.
Setahun
sebelum pilpres 2009, Ketua Umum PAN (Partai Amanat Nasional) Sutrisno Bachir
juga beriklan di televisi yang tidak lain menggarap iklannya adalah Rizal Mallarangeng sendiri. Bukan
hanya mengiklankan Sutrisno Bachir ternyata Chelli juga mengiklankan dirinya
sendiri. Merasa ditipu mentah-mentah Sutrisno Bachir marah dan membuat
kerjasama antara mereka berhenti begitu saja.
Beberapa
minggu yang lalu kita juga mendengar nama Rizal Mallarangeng sering muncul di
berbagai stasiun televisi, itu karena Rizal Mallarangeng menuntut majalah Tempo
dimana di cover majalah mingguan mereka memuat gambar Trio Mallarangeng sedang
memegang karpet yang bergambar dollar Amerika. Menurut Rizal Mallarangeng cover
majalah Tempo tersebut mendorong opini masyarakat bahwa dirinya juga ikut
terlibat atas kasus yang di alami kakaknya Andi Alfian Mallarangeng. Rizal
Mallarangeng pun menuntut majalah Tempo untuk membuat pernyataan maaf satu
halaman penuh.
3. Jejak
Langkah Mallarangeng Ketiga (Zhoel Mallarangeng)
Zhoel
Mallarangeng adalah saudara ketiga dari Trio Mallarangeng yang sering disapa
dengan Choel. Choel memang jarang terlihat ditelevisi bahkan sedikit yang tahu
siapa itu Zhoel Mallarangeng. Selama ini Choel dikenal sebagai pengusaha,
namanya dikenal publik saat ia menjabat sebagai Direktur Eksekutif FOX
Indonesia yaitu perusahaan konsultan politik yang didirikan kakaknya Rizal
Mallarangeng. Choel lah yang berperan besar selama masa kampanye Partai
Demokrat dan SBY-Boediono. Gagasan-gagasannya membuat kampanye itu terasa sangat
luar biasas. Semua atribut dan logistik kampanye dipasok secara nasional,
seragam dan dalm jumlah yang besar bahkan lebih dari cukup. Terbukti desain kampanye yang serba wah itu tidak
sia-sia. Pencitraan SBY dan jinggle iklan mie instan Indomie pun di beli akan
tetapi diganti menjadi “SBY Preisdenku”, justru membuahkan hasil kemenangan
Partai Demokrat jauh diatas target dan SBY-Boediono menang telak hanya dengan
satu putaran. Tidak banyak diketahui lagi mengenai jejak langkah Zhoel
Mallarangeng hingga akhirnya beberapa bulan terakhir Choel sering disebut-sebut
disetiap persidangan mengenai proyek Hambalang, Choel diduga menerima uang
miliaran rupiah dari proyek tersebut yang akhirnya KPK mencegah Choel
Mallarangen bepergian keluar negeri guna penyelidikan lebih lanjut kasus
Hmabalang tersebut.