Rabu, 24 Juli 2013

“Jejak Langkah Trio Mallarangeng”



            Siapa yang tidak mengenal trio mallarangeng. Ya, mereka adalah tiga saudara yang berasal dari Makassar yang sukses dengan kariernya di Jakarta, yakni Andi Alfian Mallarangeng, Rizal Mallarangeng, dan Zhoel Mallarangeng. Trio Mallarangeng ini dikenal sebagai trio yang berprestasi dan sukses di Indonesia. Trio Mallarangeng juga pernah di juluki The Three Musketeers di Makassar, Sulawesi Selatan. The Three Musketeers adalah judul novel tenar tentang petualangan tiga orang pemuda di tengah-tengah pergolakan politik Prancis pada abad pertengahan. Tiga pemuda itu bernama Athos, Porthos, dan Aramis. Trio Mallarangeng di juluki The Three Musketeers karena mereka di anggap sebagai pemuda asal Sulawesi Selatan pada era Reformasi yang dinilai sukses berkiprah hingga ke tingkat nasional.
1. Jejak Langkah Mallarangeng Pertama (Andi Alfian Mallarangeng)
            Andi Alfian Mallarangeng adalah tertua diantara tiga bersaudara yang lebih dulu populer dibandingkan mallarangeng lainnya. Andi Alfian Mallarangeng meraih gelar Doctor of Philisophy di bidang ilmu politik dari Northern Illinois University (NIU) Dekalb, Illinois, Amerika Serikat pada tahun 1997. Di universitas yang sama, ia meraih gelar Master of Science di bidang sosiologi. Sedangkan gelar Drs Sosiologi diraihnya dari Fisipol Universitas Gajah Mada, Yogyakarta pada tahun 1986.
            Sejak menjadi mahasiswa Fisipol UGM mengikuti jejak ayahnya, ia bercita-cita menjadi dosen. Cita-cita ini akhirnya tercapai dengan menjadi dosen di Universitas Hasanuddin (1988-1999) dan di Institut Ilmu Pemerintahan (1999-2002).  Pada saat menjadi dosen di Universitas Hasanuddin ( Makassar ) ia diminta menjadi anggota Tim Tujuh yang dipimpin oleh Prof. DR. Ryaas Rasyid  untuk merumuskan paket Undang-undang Politik yang baru sebagai landasan bagi pemilu demokratis pertama di era reformasi. Tim Tujuh ini kemudian juga merumuskan Undang-undang Pemerintahan Daerah yang baru, sebagai landasan reformasi sistem pemerintahan dengan desentralisasi dan otonomi daerah.
            Wajah gantengnya dengan senyum manis di sertai kumis tebalnya membuat andi lebih cepat populer di bandingkan pengamat politik yang lain. Keterlibatannya dalam gerakan reformasi berlanjut bahkan kemudian Andi ditunjuk untuk menjadi anggota KPU pemilu pertama pasca reformasi mewakili pemerintah. Dengan dibentuknya Kementerian Otonomi Daerah dalam pemerintah era reformasi, Andi mengundurkan diri dari KPU dan bergabung sebagai staf ahli Menteri Negara Otonomi Daerah (1999-2000). Kementerian itu kemudian dibubarkan walau baru berusia 10 bulan. Andi juga sempat mendirikan Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan bersama Prof. DR. Ryaas Rasyid pada tahun 2002, namun keluar dua tahun  kemudian dan terang-terangan menunjukkan keberpihakannya pada SBY yang saat itu menjadi pesaing terkuat Megawati. Ternyata keberpihakan Andi tidak sia-sia, karena ketika SBY memenangkan pemilu Andi pun di ajak ke Cikeas untuk  ditunjuk sebagai Juru Bicara Kepresidenan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
            Andi Alfian Mallarangeng berhasil mendapatkan sejumlah penghargaan, yakni mendapat julukan sebagai ' The Future Leader of Asia ' oleh Majalah Asia Week (1999), Bintang Jasa Utama RI (1999), Percy Buchman Prize (1995), dan Majalah MATRA yang juga menobatkannya sebagai Man of the Year (2002). Selain mendapatkan sejumlah penghargaan Andi Alfian Mallarangeng juga sering mengundang kontroversi, salah satunya adalah  pada masa kampanye 2009 dimana Andi Alfian Mallarangeng berkomentar yang intinya ditujukan pada Calon Presiden asal Sulawesi Selatan Jusuf Kalla, Andi mengatakan orang Sulawesi Selatan masih belum siap jadi Presiden yang kemudian dinilai telah mengurangi jumlah suara yang diraih oleh Susilo Bambang Yudhoyono di Propinsi Sulawesi Selatan secara signifikan.

            Akhir-akhir ini kita sering mendengar nama Andi Alfian Mallarangeng sering disebut baik di media elektronik maupun media massa yang tidak lain adalah memberitakan Andi yang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus proyek pusat olahraga Hambalang Bogor, Jawa Barat oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Penetapan Andi sebagai tersangka lantas membuat Andi mengambil langkah untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. Langkah pengunduran diri Andi justru mengundang simpati banyak orang karena jarang sekali pejabat sekaliber menteri yang mau mundur dari jabatannya. Bahkan Abraham Samad (Ketua KPK) pun memberikan komentarnya mengenai pengunduran diri Andi, “Itu menandakan dia seorang kesatria, itulah kesatria bugis Makassar”.
2. Jejak Langkah Mallarangeng Kedua (Rizal Mallarangeng)
            Rizal Mallarangeng adalah anak kedua dari tiga saudara mallarangeng lainnya yang akrab di panggil Chelli. Chelli pernah menempuh pendidikan ilmu komunikasi di Universitas Gadjah Mada. Setelah lulus, ia melanjutkan pendidikan S2 dan S3-nya dalam bidang ilmu politik di Ohio State University, Amerika Serikat tahun 1999. Selama di Amerika, Rizal pernah menjadi asisten dosen dan kemudian menjadi dosen (2000-2001) di almamaternya. Setelah pulang dari Amerika nama Chelli pun mencuat setelah Megawati naik ke puncak kekuasaan. Diketahui Taufik Kiemas lah yang mengundangnya masuk kedalam lingkaran istana, diajak serta dalam kunjungan Megawati keluar negeri dan membuatkan konsep pidatonya. Kemudian pada 2004 ketika Megawati maju ke ajang Pilpres berpasangan dengn Hasym Muzadi, Chelli pula lah yang menjdai konsultan pemenangannya, mesti akhirnya menderita kekalahan.
            Selidik punya selidik ternyata Rizal Mallarangeng diketahui tidak hanya dekat dengan Megawati dan Taufik Kiemas, Chelli juga dekat dengan seorang pengusaha kaya yakni Abu Rizal Bakrie. Pada pengusaha kaya itu Chelli mengajukan proposal untuk mendirikan Freedom Institute dengan menjual nama Achmad Bakrie (Ayah Ical) untuk menjadi nama bagi penghargaan Achmad Bakrie Award. Akhirnya chelli pun berhasil meyakinkan Abu Rizal Bakrie untuk mendanai Freedom Institute yang dimana dirinya sendiri duduk sebagai Direktur Eksekutif. Sesuai dengan namanya, lembaga ini menjual ide-ide liberal untuk dipasarkan dikalangan muda yang terpukau dengan idenya.
            Tidak sampai disitu saja, kegemilangan karier Chelli pun semakin meningkat ketika ia membawakan acara “Save Our Nation”, acara ini adalah acara bincang-bincang untuk mencari solusi atas permasalahan yang ada di negeri ini. Seiring dengan berjalannya waktu berkat kemahirannya dalam membawakan acara “Save Our Nation”, Chelli pun mencitrakan dirinya melalui iklan-iklan televisi dengan mengiklankan dirinya sebagai figur Capres Alternatif. Pada Juli tahun 2008 Rizal Mallarangeng mencalonkan diri untuk ikut dalam pemilihan presiden Republik Indonesia 2009. Rizal Mallarangeng menyatakan akan maju dalam ajang Pilpres 2009 sebagai calon dari jalur independen, namun tidak menutup kemungkinan akan melalui partai. Rizal juga menyatakan bahwa metode kampanyenya akan meniru cara berkampanye Barack Obama. Meski sudah melakukan serangan melalui iklan diberbagai  stasiun televisi, akhirnya Chelli pun mengatakan menyerah dan tak lagi berniat maju dalam kontestasi politik. Alsannya yakni popularitas dan elektabilitas tidak bisa diperoleh secara mendadak. Kemundurannya pun juga dipicu karena tidak adanya partai politik yang mau menggandengnya untuk menuju bursa pilpres yang sebelumnya ia berharap PDIP akan menggandengnya. Bagaimana tidak, sedangkan  pada 2004 setelah mengusung Megawati-Hasyim dan kalah.
            Setahun sebelum pilpres 2009, Ketua Umum PAN (Partai Amanat Nasional) Sutrisno Bachir juga beriklan di televisi yang tidak lain menggarap iklannya  adalah Rizal Mallarangeng sendiri. Bukan hanya mengiklankan Sutrisno Bachir ternyata Chelli juga mengiklankan dirinya sendiri. Merasa ditipu mentah-mentah Sutrisno Bachir marah dan membuat kerjasama antara mereka berhenti begitu saja.
            Beberapa minggu yang lalu kita juga mendengar nama Rizal Mallarangeng sering muncul di berbagai stasiun televisi, itu karena Rizal Mallarangeng menuntut majalah Tempo dimana di cover majalah mingguan mereka memuat gambar Trio Mallarangeng sedang memegang karpet yang bergambar dollar Amerika. Menurut Rizal Mallarangeng cover majalah Tempo tersebut mendorong opini masyarakat bahwa dirinya juga ikut terlibat atas kasus yang di alami kakaknya Andi Alfian Mallarangeng. Rizal Mallarangeng pun menuntut majalah Tempo untuk membuat pernyataan maaf satu halaman penuh.
3. Jejak Langkah Mallarangeng Ketiga (Zhoel Mallarangeng)
            Zhoel Mallarangeng adalah saudara ketiga dari Trio Mallarangeng yang sering disapa dengan Choel. Choel memang jarang terlihat ditelevisi bahkan sedikit yang tahu siapa itu Zhoel Mallarangeng. Selama ini Choel dikenal sebagai pengusaha, namanya dikenal publik saat ia menjabat sebagai Direktur Eksekutif FOX Indonesia yaitu perusahaan konsultan politik yang didirikan kakaknya Rizal Mallarangeng. Choel lah yang berperan besar selama masa kampanye Partai Demokrat dan SBY-Boediono. Gagasan-gagasannya membuat kampanye itu terasa sangat luar biasas. Semua atribut dan logistik kampanye dipasok secara nasional, seragam dan dalm jumlah yang besar bahkan lebih dari cukup. Terbukti  desain kampanye yang serba wah itu tidak sia-sia. Pencitraan SBY dan jinggle iklan mie instan Indomie pun di beli akan tetapi diganti menjadi “SBY Preisdenku”, justru membuahkan hasil kemenangan Partai Demokrat jauh diatas target dan SBY-Boediono menang telak hanya dengan satu putaran. Tidak banyak diketahui lagi mengenai jejak langkah Zhoel Mallarangeng hingga akhirnya beberapa bulan terakhir Choel sering disebut-sebut disetiap persidangan mengenai proyek Hambalang, Choel diduga menerima uang miliaran rupiah dari proyek tersebut yang akhirnya KPK mencegah Choel Mallarangen bepergian keluar negeri guna penyelidikan lebih lanjut kasus Hmabalang tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar